Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi
yang diberikan Allah kepada Manusia. Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya
seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai makhluk
Allah di bumi ini. Karena pentingnya manajemen waktu ini maka Allah swt telah bersumpah pada
permulaan berbagai surat dalam al-quran yang turun di mekkah dengan berbagai
macam bagian dari waktu. Misalnya bersumpah: demi waktu malam, demi waktu
siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa. Semisal dalam surat
Al-Lail ayat 1-2, Allah berfirman:
“Demi malam apabila menutupi (cahaya
siang), dan siang apabila terang benderang.”
“Tiada tergelincir kedua telapak
kaki seorang hamba di hari Kiamat, sehingga ditanya tentang empat hal, yaitu tentang
umurnya di mana ia habiskan, tentang masa mudanya di mana ia binasakan, tentang
hartanya dari mana ia peroleh dan ia belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana
ia mengamalkannya.”
Waktu mempunyai karakteristik khusus yang
istimewa. Kita wajib mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya
sesuai dengan pancara cahayanya. Di antara karakteristik waktu adalah sebagai berikut:
a.
Cepat Habis.
Waktu itu berjalan laksana awan dan lari bagaikan angin,
baik waktu senang atau suka ria maupun saat susah datau duka cita. Apabila yang
sedang dihayati itu hari-hari gembira, maka lewatnya masa itu terasa lebih
cepat, sedangkan jika yang dihayati itu waktu prihatin, amaka lewatnya
masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada hakikatnya tidaklah demikian, karena
perasaan tersebut hanyalah perasaan orang yang sedang menghayati masa itu
sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan dunia ini cukup panjang, namun
pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar, selama kesudahan yang hidup itu
tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah merenggut, maka tahun-tahun dan
masa yang dihayati manusia telah selesai, hingga laksana kejapan mata yang
lewat bagaikan kilat yang menyambar.
b. Waktu
yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti.
Inilah ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus
waktu. Setiap hari yang berlalu, setiap jam yang habis dan setiap kejapan mata
yang telah lewat, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat
diganti.
c. Modal
terbaik bagi manusia.
Oleh karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah
lewat tak akan kembali dan tidak dapat diganti dengan sesuatu pun, maka waktu
merupakan modal terbaik. Modal yang paling indah dan paling berharga bagi
manusia. Keindahan waktu itu dapat diketahui melalui fakta bahwa waktu
merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan segala produktivitas. Karena
itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal yang
sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun kolektif
atau kelompok masyarakat.
Kiat yang benar untuk menyikapi waktu menurut Islam,
ialah pandangan yang mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa depan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, manusia wajib melihat, mengisi, dan mempersiapkan
ketiga masa tersebut.
a. Wajib
melihat masa lalu.
Melihat ke masa lalu, dimaksudkan untuk mengambil pealjaran
dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut. Menerima nasehat
dengan kejadian yang dialami umat saat itu dan sunnatullah terhadapa mreeka,
sebab masa lalu merupakan wadah peristiwa dan khazanah pelajaran.
b. Melihat
masa depan.
Melihat ke masa depan memang hal wajib, sebab manusia itu
sesuai dengan fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat
melupakannya atau menyembunyikannya di balik kedua telinganya. Sebagaimana
manusia itu diberi rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan
apa yang terjadi di dalamnya, maka iapun deberi rezeki upaya menggambarkan masa
depan dan apa yang akan diharapkan.
c. Memperhatikan
masa kini.
Apabila seorang mukmin berkewajibanmelihat ke masa lalu
untuk mengambil pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri. Di samping itu,
juga perlu melihat ke masa depan untuk mempersiapkan perbekalan. Maka, ada
kewajiban untuk memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara nyata kita
sedang menjalani dan menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya sebelum
lepas dan tersia-sia.
Selain itu, menajemen
waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.
1. Pengetahuan kaidah yang rinci
tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim, hendaknya memahami dan mengetahui
kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini
bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti
Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi
teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki manajemen hidup yang
baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya
dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan
dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir,
membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas
dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan
luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai
dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan,
bisa mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di tahun-tahun
mendatang.
5. Melihat secara utuh setiap
persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal,
tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi, persoalan itu memiliki
kaitan dengan yang lainnya.
6. Mengetahui Perencanaan dan skala
prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta
mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu
agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan
menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan
sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar
pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam
mewujudkan hidup yang lebih baik. Sementara,
orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan
hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal
ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8. Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih,
maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai
kemampuan yang ada pada diri kita.
9. Spesialisasi dan pembagian
pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh
memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar