1. Bekerja Yang Menuntut Duduk Terlalu Lama
Pekerja yang terlalu lama duduk berisiko mengalami masalah jantung lebih ketimbang daripada mereka yang aktif. Ini karena duduk terlalu lama dapat memicu penurunan sensitivitas insulin dan enzim yang biasanya dapat mengurai lemak. Disarankan, berdiri dan berkeliling sesekali ketika bekerja.
2. Pekerja Penyelamat
Pekerjaan yang merupakan aktivitas tingkat tinggi seperti polisi atau pemadam kebakaran juga berisiko. Sekitar 22 persen petugas polisi dan 45 persen petugas pemadam kebakaran mengalami kematian mendadak saat kerja akibat jantung. Bandingkan dengan angka 15 persen yang terjadi pada pekerjaan lain. Jam kerja yang panjang, pola makan tak sehat, stres, terpaan karbonmonoksida turut berperan memicu risiko. Bila Anda tidak mungkin mengganti pekerjaan, cobalah untuk fokus pada makanan sehat, olahraga teratur dan upaya menurunkan tekanan darah.
3. Sopir Bus
Pekerjaan mengemudi seperti ini boleh dibilang berisiko mengalami hipertensi ketimbang pekerja lian. Boleh jadi ini karena mereka harus duduk lama yang membutuhkan kewaspadaan agar terhindar dari kecelakaan dan memikirkan keamanan penumpang. Inilah yang memicu stres. Dalam satu riset terungkap, 56 persen sopir bus di Taipei mengalami hipertensi ketimbang 31 persen pekerja dari sektor lain. Mereka juga mengalami peningkatan kolesterol, tambah berat badan, dan serangan jantung.
4. Pekerja Dengan Shift
Perubahan jam kerja seperti yang dialami oleh dokter, perawat, dan lainnya juga bisa berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Pekerjaan dengan shift bisa mengganggu ritme jam tubuh yang berperan penting untuk mengatur gula darah, tekanan darah, dan insulin. Namun, gaya hidup juga berpengaruh. Pekerja di malam hari cenderung lebih banyak merokok. Jam tidur yang lebih pendek juga berisiko mengalami sakit jantung.
5. Bartender
Berada di tempat yang biasanya disesaki asap rokok seperti bar atau kafe, para pekerja di sana seperti bartender pasti berisiko menjadi perokok aktif atau pasif. Bahkan, perokok pasif malah lebih berisiko terkena serangan jantung. Untuk membantu mengatasi masalah ini, sistem ventilasi yang baik bisa jadi solusi.
6. Pekerja Bangunan
Dalam satu studi terungkap, pekerja bangunan juga berisiko mengalami kematian yang terkait dengan jantung. Ini karena pekerja tersebut terkena terpaan karbonmonoksida yang lebih tinggi. Hasil studi juga menyebutkan, polusi udara memacu serangan jantung dan stroke.
7. Jam Kerja Panjang
Karyawan dengan jam kerja panjang juga berisiko. Satu studi menyebutkan para pegawai pemerintah Inggris mengalami peningkatan sekitar 67 persen mengalami sakit jantung, terutama mereka yang bekerja lebih dari 11 jam dibandingkan dengan yang bekerja 7-8 jam saja. Lagi-lagi, jika tidak dapat mengurangi jam kerja, kita dapat bersiasat mengurangi risiko dengan memakan banyak buah dan sayuran, cukup tidur, dan berolahraga.
Pekerja yang terlalu lama duduk berisiko mengalami masalah jantung lebih ketimbang daripada mereka yang aktif. Ini karena duduk terlalu lama dapat memicu penurunan sensitivitas insulin dan enzim yang biasanya dapat mengurai lemak. Disarankan, berdiri dan berkeliling sesekali ketika bekerja.
2. Pekerja Penyelamat
Pekerjaan yang merupakan aktivitas tingkat tinggi seperti polisi atau pemadam kebakaran juga berisiko. Sekitar 22 persen petugas polisi dan 45 persen petugas pemadam kebakaran mengalami kematian mendadak saat kerja akibat jantung. Bandingkan dengan angka 15 persen yang terjadi pada pekerjaan lain. Jam kerja yang panjang, pola makan tak sehat, stres, terpaan karbonmonoksida turut berperan memicu risiko. Bila Anda tidak mungkin mengganti pekerjaan, cobalah untuk fokus pada makanan sehat, olahraga teratur dan upaya menurunkan tekanan darah.
3. Sopir Bus
Pekerjaan mengemudi seperti ini boleh dibilang berisiko mengalami hipertensi ketimbang pekerja lian. Boleh jadi ini karena mereka harus duduk lama yang membutuhkan kewaspadaan agar terhindar dari kecelakaan dan memikirkan keamanan penumpang. Inilah yang memicu stres. Dalam satu riset terungkap, 56 persen sopir bus di Taipei mengalami hipertensi ketimbang 31 persen pekerja dari sektor lain. Mereka juga mengalami peningkatan kolesterol, tambah berat badan, dan serangan jantung.
4. Pekerja Dengan Shift
Perubahan jam kerja seperti yang dialami oleh dokter, perawat, dan lainnya juga bisa berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Pekerjaan dengan shift bisa mengganggu ritme jam tubuh yang berperan penting untuk mengatur gula darah, tekanan darah, dan insulin. Namun, gaya hidup juga berpengaruh. Pekerja di malam hari cenderung lebih banyak merokok. Jam tidur yang lebih pendek juga berisiko mengalami sakit jantung.
5. Bartender
Berada di tempat yang biasanya disesaki asap rokok seperti bar atau kafe, para pekerja di sana seperti bartender pasti berisiko menjadi perokok aktif atau pasif. Bahkan, perokok pasif malah lebih berisiko terkena serangan jantung. Untuk membantu mengatasi masalah ini, sistem ventilasi yang baik bisa jadi solusi.
6. Pekerja Bangunan
Dalam satu studi terungkap, pekerja bangunan juga berisiko mengalami kematian yang terkait dengan jantung. Ini karena pekerja tersebut terkena terpaan karbonmonoksida yang lebih tinggi. Hasil studi juga menyebutkan, polusi udara memacu serangan jantung dan stroke.
7. Jam Kerja Panjang
Karyawan dengan jam kerja panjang juga berisiko. Satu studi menyebutkan para pegawai pemerintah Inggris mengalami peningkatan sekitar 67 persen mengalami sakit jantung, terutama mereka yang bekerja lebih dari 11 jam dibandingkan dengan yang bekerja 7-8 jam saja. Lagi-lagi, jika tidak dapat mengurangi jam kerja, kita dapat bersiasat mengurangi risiko dengan memakan banyak buah dan sayuran, cukup tidur, dan berolahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar